Kamis, 30 April 2009

fisik skuad piala sudirman dekati ideal

Fisik Skuad Piala Sudirman Dekati Ideal
JAKARTA - Kondisi fisik skuad Indonesia menuju Piala Sudirman mendekati ideal sepekan menjelang keberangkatan menuju Guangzhou, Tiongkok, Rabu mendatang (6/5). Terutama dua pemain inti Maria Kristin Yulianti dan Markis Kido yang masih dalam tahap penyembuhan dari cedera lutut.

Menurut Felix Ari Bayu Marta, pelatih fisik pelatnas Cipayung, saat ini Maria sudah mengalami banyak kemajuan jika dibandingkan dengan saat baru pulang dari India Gold Grand Prix 25-29 Maret lalu. Tak dimungkiri bahwa cedera yang diderita peraih medali perunggu Olimpiade 2008 Beijing itu masih mengganggu. Beberapa kali dalam latihan fisik, Maria tidak dapat melakoni yang diujikan kepadanya.

''Sebelumnya sudah membaik dan tidak ada masalah. Tapi, saat latihan dengan game beberapa hari lalu Maria sempat merasa kurang enak pada lututnya,'' ucap Felix di Jakarta kemarin.

Dia berharap, kondisi Maria segera membaik. Selain memberikan latihan khusus, Maria perlu dukungan mental agar kondisinya segera membaik.

Kemajuan pesat justru dialami Markis Kido. Pada latihan pagi kemarin, pasangan Hendra Setiawan itu sudah mampu melakukan latihan fisik yang diberikan Felix. Tak ada lagi keluhan menyangkut kondisi cedera lutut kiri yang membekapnya sejak menghadapi Olimpiade itu.

''Hampir semua sektor latihan dijalani Kido dengan baik. Dia juga sudah kembali joging seperti biasa sebelum melakukan latihan fisik,'' terang pria yang juga menangani fisik tim basket Satria Muda Britama itu. ''Kalau memang Maria atau Kido tidak dapat menjalankan program latihan, saya juga menyiapkan alternatif. Misalnya, terapi latihan fisik yang benar-benar tidak akan menganggu penyembuhannya,'' imbuh dia.

Persoalan berat badan yang sempat mengemuka pada beberapa pemain juga mulai terkikis. Memang masih ada pemain yang harus menurunkan berat badan 2-3 kg. Namun, itu juga masih dimaklumi. Greysia Polii, misalnya. Berat badan idealnya adalah 58 kg. Namun, saat ini dia masih memiliki bobot 60 kg.

Meski belum mencapai berat badan ideal, usaha Grace patut diacungi jempol. Sebab, sebelumnya berat badan pemain yang dibesarkan PB Jaya Raya Jakarta itu jauh di atas 60 kg. ''Mendadak harus turun drastis juga terlalu berisiko, nanti malah pemain tidak memiliki power saat bertanding,'' terang Felix.

Kemajuan berarti juga ditunjukkan Liliyana Natsir. Pemain ganda campuran itu tak lagi menyisakan persoalan kecepatan kaki. Bahkan, porsi latihan fisik sudah mulai dikurangi.

Mental masih jadi masalah

Persiapan Tim Indonesia ke Piala Sudirman

JAKARTA - Piala Sudirman 2009 kurang sepekan lagi dilangsungkan di Guangzhou, Tiongkok, yakni pada 6-10 Mei mendatang. Namun, masalah serius masih dihadapi tim Indonesia. Kepercayaan diri Sony Dwi Kuncoro dkk masih di bawah standar.

Evaluasi itu terungkap berdasar hasil simulasi yang dilakukan di Pusat Bulu Tangkis PB PBSI Cipayung, Jakarta Timur, kemarin (29/4). Tim Merah yang merupakan bayangan tim inti hanya bisa menang tipis 3-2. Pada dua laga perdana, Lindaweni Fanetri dan Sony Dwi Kuncoro gagal mengatasi lawan masing-masing pada nomor tunggal wanita dan pria. Linda -sapaan karib Lindaweni- kandas di tangan Adriyanti Firdasari 17-21, 19-21. Sementara itu, Sony ditundukkan Simon Santoso 17-21, 12-21.

Nitya Krishinda/Greysia Polii yang tampil kemudian mampu memperkecil ketinggalan. Mereka menundukkan Meiliana Jauhari/Shendy Puspa Irawati 21-12, 21-6. Nova Widianto/Liliyana Natsir menyamakan kedudukan 2-2 dengan mengalahkan Devin Lahardi/Lita Nurlita 21-13, 14-21, 21-19. Pada laga penentuan, Mohammad Ahsan/Bona Septano sukses mengalahkan Rian Sukmawan/Yonathan Suryatama Dasuki 20-22, 24-22, 21-19.

"Dari penampilan para pemain, mereka tak lagi memiliki persoalan teknis. Tapi, masalah kepercayaan diri harus ditingkatkan," jelas Christian Hadinata, kepala pelatih Tim Sudirman, setelah simulasi kemarin.

Menurut dia, persoalan mental itu masih bisa dibenahi dari luar. Misalnya, motivasi dari pelatih. Namun, peran terbesar tentu dari para atlet itu sendiri. "Kalau memang pemain sudah memiliki keinginan untuk bisa tampil percaya diri, tak perlu sehari untuk bisa memperbaiki," imbuh Christian.

Penilaian tersebut tak hanya didasarkan pada sekali simulasi kemarin. Jumat (24/4) PBSI sudah menggeber simulasi untuk kali pertama dengan skuad yang berbeda. Bahkan, kala itu PBSI menyertakan pasangan nonpelatnas Hendra A. Gunawan/Alvent Yulianto.

Dengan kondisi tersebut, PBSI juga belum menentukan skuad utama yang akan diterjunkan di Piala Sudirman. Selain itu, pelatih belum menyetorkan hasil analisis kekuatan lawan yang bakal dihadapi. Pada babak penyisihan grup, Indonesia akan ditantang Tiongkok, Inggris, dan Jepang.

Selain masalah mental, sebenarnya ada masalah teknis yang cukup mengganjal. Yaitu, kondisi tunggal wanita terbaik Maria Kristin Yulianti yang belum pulih 100 persen. Meski berdasar hasil pemeriksaan kesehatan kondisi cedera lutut Maria sudah baik, penampilannya di India masih dinilai tak sepadan dengan track record-nya selama ini.

Begitu pula, Markis Kido yang masih harus menjaga kondisi lutut kirinya. Kemarin dia memang tak tampil dalam simulasi karena bersamaan itu juara dunia 2007 bersama Hendra Setiawan tersebut tampil pada Candra Wijaya Mens's Double Championship 2009. Tak tanggung-tanggung, yang dilawannya juga pasangan juara dunia 1997 Sigit Budiarto/Candra Wijaya. Hasilnya, Kido/Hendra masih kalah pada laga ekshibisi itu namun dengan skor yang ketat.

"Pertandingan itu tak berpengaruh banyak terhadap kondisi saya karena memang lebih banyak menampilkan gerakan atraktif untuk menarik penonton," jelas Kido. Hanya, dia memang waspada agar cederanya tak bertambah parah. "Saya memang cedera, tapi bukan berarti penampilan saya langsung jelek sekali," imbuhnya.

Selasa, 28 April 2009

frekuensi latihan



















CIPAYUNG--MI: Pemantapan latihan menjelang tiga minggu pelaksanaan kejuaraan dunia beregu campuran Piala Sudirman di Guangzhou, China, 10-17 Mei mendatang masih dilakukan secara intensif di pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (16/4).

Hal itu terlihat dari frekuensi pelatihan yang dikawal masing-masing pelatih bulu tangkis pelatnas dengan pengawasan ketat sang maestro sekaligus Ketua Subbidang Pelatnas PB PBSI Christian Hadinata.

Dari pantauan Media Indonesia di lapangan, peringkat delapan dunia Simon Santoso terlihat berlatih secara intensif dengan dua rekannya, yaitu Yoga Pratama dan Nugroho Andi Saputra, sedangkan Tommy Sugiarto yang juga diunggulkan di sektor tunggal putra juga terlihat melakukan latih tanding yang sama.

"Saya melakukan sparing bersama rekan dan pelatih untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus bagus untuk melatih mental bertanding," ujar Tommy seusai latihan.

Ia menjelaskan menghadapi kejuaraan Piala Sudirman mendatang, pihaknya tetap fokus berlatih untuk mendapatkan hasil maksimal. "Saya terus berlatih dan melakukan sparing melawan dua orang (1:2) karena dapat meningkatkan daya pikir saya untuk bergerak lebih cepat. Tentunya sangat dibutuhkan untuk tampil maksimal," tandas putra sang maestro era 1980-an, Icuk Sugiarto.

Pelatihan dengan metode satu pemain melawan dua pemain, sambungnya, sangat tepat untuk meningkatkan kecepatan menyerang, membendung smes hingga melakukan permainan jaring. Pasalnya, kekuatan atlet akan diuji saat berusaha untuk mengembalikan serangan lawan. "1:2 sangat tepat diterapkan bagi saya sebagai simulasi sebelum bertanding sesungguhnya, yaitu man to man (satu lawan satu)," tukas Tommy.

Menanggapi metode pelatihan 1:2, pelatih tunggal putra Hendrawan mengatakan waktu maksimal yang harus dilakukan seorang atlet yaitu 40 menit untuk meningkatkan daya tahan fisik atlet. "Bila dalam latihan 1:2, maka dibutuhkan waktu maksimal selama 60 menit, sedangkan bila 1:3 dibutuhkan 30 menit," jelasnya.

Ia mengatakan lama waktu pelatihan yang diterapkan kepada atlet masih dilakukan selama 40 menit. "Proses ini harus dilakukan secara tahap demi tahap hingga maksimal 60 menit," papar Hendrawan.

Sementara itu, pada sektor tunggal putri, beberapa pemain seperti, Adriyanti Firdasari juga terlihat melakukan hal yang sama dengan beberapa rekannya di bawah bimbingan pelatih tunggal putri Marlev Mario Mainaky. "Metode 1:2 bukanlah hal yang baru namun memiliki manfaat bagi atlet," tandas Marlev.

Keunggulan dari proses 1:2 atau 1:3, diakuinya sebagai proses peningkatan fisik. Pasalnya, atlet dipaksa untuk lebih fokus mengembalikan permainan dari dua orang rekannya. "Saya kira hal ini juga dilakukan pelatih di luar negeri," ucapnya.

Sementara itu pada sektor ganda putra, beberapa pemain seperti Hendra Setiawan, Bona Septano, dan Mohammad Ahsan juga melakukan latihan di bawah bimbingan pelatih ganda putra Sigit Pamungkas.

Hendra yang baru saja menjuarai Kejuaraan Asia 2009 di Suwon, Korea, beberapa waktu lalu, terlihat hanya melakukan sprint, sedangkan pasangannya Markis Kido tidak terlihat pada sesi latihan tersebut akibat cidera lutut kiri yang masih dialaminya.

Di sektor ganda putri, beberapa atlet seperti Shendy Puspa Irawati, Meliana Jauhari, Greysia Polii serta Nitya Krishinda Maheswari lebih fokus menjalani pelatihan smas (1:3) di bawah asuhan pelatih Aryono.

Selain itu di tempat yang sama, peringkat satu dunia ganda campuran Liliyana Natsir yang berpasangan dengan Nova Widianto juga terlihat melakukan latihan bersama juniornya Fran Kurniawan dan Lita Nurlita dibawah asuhan pelatih ganda campuran Richard Leonard Mainaky.

Sebelumnya, Christian menilai frekuensi latihan masih perlu ditingkatkan kepada tim Piala Sudirman 'Merah Putih' untuk mendapatkan hasil secara maksimal, karena latihan bersifat simulasi dan pelaksanannya saat mengikuti pertandingan.

"Peluang masih seimbang dengan negara lainnya, sehingga dibutuhkan peningkatan fisik dan mental di dalam simulasi (latihan)," pungkasnya.

ujian tim sudirman

Tim Merah Putih terus berbenah seiring dengan kian dekatnya Piala Sudirman 2009 mulai 10-17 Mei nanti di Guangzhou, Tiongkok. Hari ini dua tim pelatnas bakal diadu di markas bulu tangkis Cipayung, Jakarta Timur.

Tim pertama bakal diperkuat Sony Dwi Kuncoro, Nova Widianto, Liliyana Natsir, Maria Kristin, Bona Septano/Mohammad Ahsan, serta Greysia Polii/Nitya Krishinda. Mereka harus melawan tim lain yang diperkuat Simon Santoso, Adriyanti Firdasari, Rian Sukmawan/Yonatan Suryatama, Shendy Puspa Irawati/Meiliana Jauhari, dan ganda campuran Devin Lahardi/Lita Nurlita.

Simulasi itu menjadi uji coba kedua bagi skuad Sudirman. Sebelumnya, Jumat lalu tim Sudirman menjalani pertandingan serupa, tapi masih melibatkan pemain nonpelatnas Hendra A. Gunawan/Alvent Yulianto.

"Teamwork para pemain sudah terbentuk dengan baik. Paling tidak, tak ada kecanggungan lagi antara para pemain senior dan mereka yang baru kali pertama menjadi skuad tim Sudirman," terang Christian Hadinata, pelatih kepala tim Sudirman, di Jakarta kemarin (28/4).

Nah, dengan beberapa kali simulasi di Pelatnas Cipayung tersebut, diharapkan permainan dan kerja sama tim bisa terbentuk. Selain itu, formasi tim Sudirman diharapkan memiliki kekuatan imbang meski ada rotasi pemain, apalagi sektor ganda wanita yang dinilai masih perlu perbaikan yang cukup signifikan. Selama ini, ganda wanita beruji coba melawan pemain pria dari klub-klub di Jakarta. Maklum, stok di nomor tersebut cukup minim.

Sementara itu, ujian pertama bagi Markis Kido/Hendra Setiawan akan lebih terjal. Keduanya bakal memperebutkan gengsi melawan juara dunia 1997 Candra Wijaya/Sigit Budiarto dalam laga ekshibisi pembukaan Candra Wijaya Mens Double Championship hari ini di GOR Asia Afrika.

Awalnya, Candra sebagai ketua panpel berencana menghadirkan pasangannya saat meraih medali emas Olimpiade 2000 Sydney, Tony Gunawan. "Tapi, Tony sedang sibuk. Akhirnya, saya berpasangan dengan Sigit. Kita lihat siapa yang lebih unggul nanti," terang Candra.





Minggu, 12 April 2009

selamat jalan meta

META


DAUN-DAUN MULAI BERGUGURAN
BUNGA-BUNGA MENJADI LAYU
SEOLAH-OLAH TERHEMPAS BADAI
BEGITU DAHSYAT HINGGA TERJATUH


KETIKA KUPU-KUPU KEHILANGAN SAYAPNYA
KETIKA MELODI KEHILANGAN IRAMA
KETIKA BIBIR TAK BERUCAP
KETIKA KEHILANGAN SEORANG SAHABAT


ANDAI TAKDIR TAK MEMISAHKAN KITA
ANDAI TAKDIR TAK MEMPERMAINKAN KITA
ANDAI TUHAN BERKATA LAIN
SEMUA TAKKAN TERJADI


KINI SEMUA TLAH TERJADI
AIR MATA MEMBASAHI PIPI
ISAK TANGIS MENUSUK HATI
TAK MERELAKAN KEPERGIANMU


TAKKAN ADA LAGI PEREMPUAN
YANG MEMANDANG WAJAH IMUTNYA DICERMIN
TAKKAN ADA LAGI TAWA CANDA
TAKKAN ADA LAGI META


SELAMAT JALAN META !!! SEMOGA KAU TENANG DISANA. KITA SEMUA AKAN SELALU MENGINGATMU WALAU KITA TAK TAU KAPAN LAGI BERTEMU.
DIMANA ADA PERTEMUAN, DISANA ADA PERPISAHAN


GOOD BYE META. WE ALWAYS REMEMBER YOU !!!

rela berjam-jam demi kuku














Rela Berjam-jam demi Kuku
Banyak menu perawatan diri yang ditawarkan pengelola salon. Tapi, Maria Kristin Yulianti punya pilihan sendiri. Setiap ke salon, pebulu tangkis wanita nomor satu Indonesia itu selalu melakukan perawatan kuku tangan dan kaki.

Tak ada anggaran khusus yang disiapkan Maria. Jadwal berkunjung ke salon pun harus disesuaikan dengan jadwal turnamen yang diikutinya. Namun, ketika kesempatan itu datang, Maria rela duduk diam berjam-jam menikmati perawatan kuku.

Maka, jangan heran jika peraih medali perunggu Olimpiade 2008 Beijing itu sering tampil dengan kuku berwarna-warni hasil polesan kuteks. Terbaru, kuku tangan Maria dihiasi warna pink. ''Ini sih saya poles sendiri. Tidak sulit karena saya sudah terbiasa sejak kecil,'' terang cewek kelahiran Tuban, Jawa Timur, 24 tahun silam, itu.

Dibanding dengan kebanyakan atlet wanita lain, Maria memang sering menonjolkan sisi feminin. Dia sering mengenakan rok pendek yang modis. Warna jepit rambut dan tali kucir juga diperhatikan dengan cukup detail. Tingkah lakunya kalem, jauh dari kesan tomboi seperti kebanyakan atlet wanita lain.

''Maria memang paling sering ke salon daripada anak-anak lain.Saya sih hanya untuk creambath saja,'' terang Adriyanti Firdasari, rekan Maria di pelatnas bulu tangkis Cipayung.

fran kurniawan/pia zebadiah













Ketika Pasangan Baru Pelatnas Fran Kurniawan/Pia Zebadiah ''Berbulan Madu''
Waktu untuk Pasangan di Lapangan Kalahkan Waktu bagi Kekasih

Menjadi pebulu tangkis kelas dunia membutuhkan banyak pengorbanan. Sesi latihan menyedot hampir seluruh waktu. Itu dirasakan pula oleh pasangan baru ganda campuran Cipayung, Fran Kurniawan/Pia Zebadiah.

-----

RAUT muka Fran Kurniawan tak lagi muram. Sejak medio Maret lalu, latihan pagi dan sore setiap hari di Pusat Bulu Tangkis PB PBSI Cipayung, Jakarta Timur, dilakoninya dengan sepenuh hati. Maklum, dalam waktu dekat, dia sudah harus turun ke turnamen Vietnam Challenge di Hanoi mulai 21-26 April nanti.

Kepastian mengikuti turnamen internasional itu tak lepas dari suksesnya mendapatkan pasangan di ganda campuran. Sejak pemanggilan ke pelatnas Februari lalu, Fran memang kesulitan menemukan "jodoh". Shendy Puspa Irawati yang menjadi partnernya saat masih membela PB Djarum Kudus lebih dulu menuju pelatnas melalui sektor ganda wanita bersama Meiliana Jauhari. PBSI pun mengambil kebijakan untuk memfokuskan Shendy pada sektor tersebut karena minimnya pemain di sana.

Praktis, hampir tiga bulan Fran terkatung-katung. Alih-alih jadwal turnamen, pasangan yang digandengnya belum jelas. Nasibnya baru berubah ketika pemain tunggal wanita, Pia Zebadiah, memutuskan beralih ke nomor ganda campuran sekitar dua minggu lalu. "Akhirnya saya dapat 'istri' hingga kesempatan bertanding terbuka lagi," tutur Fran yang baru saja berulang tahun ke-24, tepatnya 1 April lalu.

Dia tak menyangka jika Pia akan menjadi pasangannya. "Saya pernah berkata dalam hati, asyik juga pasangan sama Pia ketika latihan iseng bersama. Itu sebelum Pia pindah ke ganda campuran," ungkap Fran.

Apalagi, jika dibandingkan tiga ganda campuran lain pada lapis kedua pelatnas, Fran mendapatkan pemain paling matang. Bandingkan dengan Muhammad Rijal yang sebelumnya berpasangan dengan Vita Marissa. Dia harus memulai langkah awal bersama Debby Susanto yang masih sangat muda. Begitu pula dengan Tantowi Ahmad yang digandengkan dengan Richi Dili Puspita.

Senada dengan Fran, Pia juga cukup gembira bisa langsung mendapatkan pasangan yang cocok di lapangan maupun di luar lapangan. "Tidak tahu kenapa, tapi soul-nya langsung dapet. Tapi, kami tidak boleh terburu-buru berkesimpulan karena belum diuji pada pertandingan sesungguhnya," terang Pia.

Pia memutuskan untuk pindah nomor karena prestasi di tunggal wanita kurang maksimal. Adik kandung juara Olimpaide 2008 Beijing ganda pria Markis Kido itu harus puas angkat koper pada putaran pertama di All England dan Swiss Terbuka Super Series Maret lalu.

Setelah berkonsultasi dengan keluarga dan pelatih tunggal wanita Marlev Mainaky, gadis kelahiran Medan itu pun membulatkan tekad pindah ke ganda campuran.

"Ternyata, lebih enak di lapangan berdua daripada tampil sendirian," kelakarnya. "Keluarga kami makin menguasai nomor ganda Cipayung bukan?" imbuhnya. Dua kakaknya memang lebih dulu mendiami ganda pria, Kido dan Bona Septano. Bahkan, saat Pia masih berjuang sebagai tunggal wanita ketiga di pelatnas, Kido sudah menjadi nomor satu bersama Hendra Setiawan dan Bona di lapis kedua bersama Mohammad Ahsan.

Dua pekan terakhir, Fran dan Pia rela menghabiskan waktu bersama di lapangan latihan Cipayung dari Senin pagi hingga Jumat sore. Mereka didampingi langsung oleh Richard Mainaky. "Kalau dihitung-hitung, waktu bersama Pia lebih banyak daripada saya bareng pacar," gurau Fran.

Fran memang hanya menyisakan Sabtu-Minggu untuk Alin Trisuci, cewek yang dipacarinya sejak lima tahun silam. Pia pun tak terlalu merasa kesepian setelah tak lagi jalan bareng Tommy Sugiarto.

Tantangan keduanya cukup berat. Meski menjadi pasangan baru, mereka diharapkan dapat menjembatani ganda campuran setelah skenario yang disusun Richard buyar seiring mundurnya Vita. Bukan tidak mungkin mereka menjadi ganda campuran ketiga tim nasional Piala Sudirman 2009.