Jumat, 09 Januari 2009

lilyana natsir




















Demi bulu tangkis, dia hanya mengecap sekolah dasar.

Di usia 12 dia meninggalkan rumah sebagai pemula. Di usia 21 dia
kembali ke rumah sebagai jutawan. Di usia 12 dia memutuskan
meninggalkan sekolah. Di usia 21 dia salah satu pemain bulu tangkis terbaik Indonesia--ganda campuran adalah spesialisasinya. Di kancah internasional, Lilyana Natsir menempati peringkat kedua dunia untuk ganda campuran.

Sembilan tahun Lilyana "menukarkan" hidupnya dengan bulu tangkis.
Sembilan tahun bulu tangkis menjadikan dia bintang yang naik-turun podium kehormatan. "Orang tua saya menghargai keputusan saya meninggalkan sekolah. Syaratnya harus serius," ujarnya kepada Tempo.

Gadis asal Manado itu mematuhi syarat orang tuanya, Beno Natsir dan Olly Maramis. Hasilnya? Sepanjang kurun 2000-2001, dia memenangi berbagai kejuaraan di tingkat nasional nomor ganda putri. Dia menjadi finalis Singapura Terbuka pada 2004 dan Swiss Terbuka 2005 serta semifinalis All England 2005.

Bersama pasangannya, Nova Widhianto, Lilyana menjuarai Indonesia
Terbuka 2005, SEA Games 2005, dan Asian Badminton Championship 2006. Tak diunggulkan pada Kejuaraan Dunia di Anaheim, Amerika Serikat, pada 2005, Lilyana-Nova membawa pulang gelar juara.

"Terharu dan bangga bisa ngasih emas buat negara," ujarnya kepada
Tempo. Seusai dia berlaga, Beno dan Olly meneleponnya, menyatakan
betapa bangga keduanya kepada putri kecil mereka.

Saat ke Amerika, dia satu-satunya atlet putri dalam kontingen bulu tangkis Indonesia. Toh, Lilyana tidak jengah. Gadis belia ini amat tomboi dalam penampilan sehari-hari. Rambutnya pendek, dicat merah.
Lemari bajunya dipenuhi kaus dan jins. Harum parfum Calvin Klein yang masih menunjukkan identitas kewanitaannya.

Lahir di Manado, Sulawesi Utara, Lilyana datang dari keluarga pencinta bulu tangkis. Di waktu senggang, dia bersama ibu dan pembantunya kerap mengisi waktu dengan bermain badminton di depan rumah. Melihat bakat dalam diri si putri bungsu, orang tuanya mendaftarkan dia ke klub PB Pisok di Manado.

Pada 1997, dia hijrah ke klub PB Tangkas di Jakarta. Usianya 12 tahun ketika itu. Bagi seorang gadis kecil, sendirian dan jauh dari keluarga ibarat prahara. Tiap malam, Lilyana kenyang menangis. Kerap dia tergoda untuk menyerah dan kembali ke Manado.

Kala itu, Lilyana menjadi atlet paling kecil di klub. Para seniornya di klub, yang kebanyakan dari suku Batak, memanggilnya dengan nama kesayangan Butet.

Genap setahun merantau, Butet pulang ke Manado untuk berlibur. Suasana rumah yang hangat membuatnya enggan kembali ke Jakarta. Tapi ibunya dengan tegas melarang. "Mereka bilang sudah kepalang tanggung," Butet menirukan ucapan kedua orang tuanya.

Kerja keras gadis kecil itu tidak sia-sia. Dia dipanggil masuk
pemusatan latihan nasional (pelatnas) pada 2002. Tujuh jam tiap hari Butet berlatih di hall bulu tangkis Cipayung. Dan mencatatkan prestasi demi prestasi.

Olahraga bulu tangkis mengalirkan penghasilan jumbo untuk Butet.
Rekening pribadinya berisi hingga miliaran rupiah. Kontrak per tiga bulannya di pelatnas saja mencapai Rp 100 juta. Kakaknya, Kalista Natsir, seorang dokter, sempat "iri". Dan siapa yang tidak?

Di usia semuda itu, dengan modal pendidikan hanya sekolah dasar, Butet mampu membeli mobil Nissan X-Trail. Dua pekan lalu, dia mendapat satu mobil Yaris sebagai bonus prestasi. Nona Manado ini berniat membeli sebuah rumah di Cibubur. "Penghasilanku lebih dari cukup," ujarnya.


Semua ini harus dibayar mahal dengan latihan ketat setiap hari yang kerap membosankan. Butet memupus rasa bosan dengan nonton film, jalan-jalan ke mal, atau makan di luar bersama kawan-kawannya.


Sesekali dia mengisi akhir pekannya dengan dugem atau bermain biliar. Ditemani secangkir kopi, Lilyana betah berjam-jam menyodok bola biliar. Dia juga gemar bermain game di komputer atau menonton televisi di kamarnya yang berukuran 4 x 4 meter persegi.


Liburan panjang dan Natal adalah saat yang amat dia nantikan. Butet pasti pulang kampung. Semua masakan Manado dilalapnya, termasuk sup tikus hutan. Dia menyimpan cita-cita menjadi seorang pelatih. Tapi memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah.


"Sudah terlalu banyak ketinggalan kalau harus mulai dari awal,"
ujarnya. Dia menukarkan pendidikannya untuk bulu tangkis. Boleh jadi, tidak sia-sia: bulu tangkis membawa Lilyana Natsir menjelajahi dunia jauh sebelum usia 21

tim uber_ogah rok mini.

















yah walaupun agak telat, lebih baik telat khan dr pd gak sama sekali. Nie tanggapan Tim Uber INA waktu di suruh pake " ROK MINI YANG SUPER KETAT"

OGAH ROK MINI !!!

kejutan datang dari ketua umum PB PBSI Sutiyoso pada pertemuannya dengan seluruh atlet bulu tangkis beserta oficial dan pelatih, sutiyoso mengevaluasi permainan para Thomas-Uber Indonesia,, ia memberikan pujian pada tim uber indonesia, tapi memberikan koreksi pada tim Thomas indonesia,,, bla bla bla,,
langsung lanjut ke bagian inti

karena kita sudah berhasil melewati target mencapai final, maka dunia sudah mulai melirik kita sebgai tim yang cukup solid juga,, maka kita harus juga menjaga konsistensi bermain dan penampilan,,

masalah penampilan saya harapkan ada perubahan dari cara berpakaian tim putri. Kalian seharusnya mulai perlahan mengenakan rok super mini yang agak ketat ketimbang celana pendek ketika bertanding, hal ini sebagai upaya agar dunia melihat kita,, tidak hanya dari cara bertanding tetapi juga dalam soal penampilan.. oleh karena mulai dari sekarang kalian perhatikan cara berpenampilan kalian waktu dilapangan..

ditemui di tempat yang terpisah, ketika ditanyakan pendapat mereka atas pengumuman mengejutkan dari bang yos,, rata-rata pemain uber Indonesia menolak dengan tegas..

Lilyana natsir yang kerap disapa butet kala itu sedang bersama tandem nya, Vita marissa yang hendak bergegas pergi, ketika ditanyakan pendapat nya ia hanya menjawab dengan tegas tanpa bertele-tele "pilih menang atau cantik?" sedangkan vita marissa mengatakan "ya enggalah,, "supernya" itu loh mas!"

di tempat berbeda jo novita yang menjadi pasangan ganda putri bersama greysia polii hanya mengatakan "kayanya engga deh,, masalah jatoh nya pasti risih dan ga nyaman"

sedangkan pia zebadiah kontan berteriak "ogah deh,, mending langsung pake bikini aja sekalian mas,, tanggung kan!"jawabnya sambil tertawa

sedangkan untuk maria kristin, greysia polii dan beberapa pemain uber lainnya hanya mengaku terserah apapun keputusannya,, karena mereka semua selalu nyaman-nyaman saja jika menggunakan rok maupun celana ,,

pia_tommy putus














Pia Ingin Jadi Presenter

Selasa 16 Desember 2008, Jam: 19:58:00

JAKARTA (Pos Kota) – Menjelang turnamen bulutangkis Super Series Malaysia yang digelar Januari 2009, pebulutangkis Pia Zebadiah Bernadet, 19, tengah konsentrasi latihan di Klub Jaya Raya, Ragunan.

Keinginannya pada bidang profesi lain yakni sebagai presenter televisi. “Kalau ada kesempatan, saya ingin sekali jadi presenter teve,” harapnya.

Selama lima jam penuh masa latihan setiap hari harus dia dijalani. Pagi, mulai Pk.08:00 hingga 11:00 ditambah sorenya mulai Pk. 14:00-16:00.

“Saya ingin memberikan yang terbaik di Super Series kali ini setelah hanya menjadi runner-up di Piala Uber 2008, kemarin. Saya akan latihan lebih keras sebab waktunya tidak sampai satu bulan lagi,” kata Pia ketika Pos Kota menyambanginya saat latihan, Selasa (16/12).

Keberadaan Markis Kido, sang kakak, yang kini sedang berjuang di Final Super Series Kinabalu 2008, juga sangat memotivasi keinginannya guna meraih prestasi tertinggi di Malaysia nanti.

“Memang berat, tapi tidak ada kata menyerah sebelum dijalani,” tegas atlet kelahiran Medan, 22 Januari 1989 ini.

Latihan rutin baik menjelang ada maupun tidak ada even, bagi Pia suatu kewajiban hidup sejak memutuskan diri profesi atlet bulutangkis sebagai pilihan jalan hidupnya.

TAK BISA TIDUR
“Ketika saya harus memutuskan masuk asrama atlet di tahun 1998, mama sudah bilang, saya harus terima risiko, putus hubungan dengan semua mimpi pergaulan di luar sana dengan segala kebiasaan saya di rumah,” tutur juara SEA Games 2007 ini.

Pia mengaku, tiga malam pertama di asrama tidak bisa tidur! Dia sekamar dengan Gressia Polli. “Saya bingung dan hanya bisa nangis sepanjang malam,” kenangnya.

Hari berikutnya, Pia mencoba menerima kenyataan, bahwa dia bukan lagi berada di rumah, di tengah-tengah keluarga, atau di sekitar teman-teman sekolahnya.

“Saya ini di asrama, tugas saya latihan untuk meraih prestasi. Bukan hanya saya yang bernasib seperti ini, tapi juga teman-teman sebaya saya lainnya, bahkan ada yang datang dari luar pulau.

Kenapa saya harus cengeng? Ungkapan batin saya itulah yang memberikan motivasi agar mampu menyatu dengan situasi asrama atlet,” lanjut Pia.

Prestasi yang diraih sang kakak, Markis Kido, semakin membakar semangatnya.

Pun ketika dia harus menerima pengalaman pahit, putus hubungan dengan sang pacar, Tommy Sugiarto yang juga sesama atlet bulutangkis.

Pia mengaku sama sekali tidak sedih, justru semakin mendorongnya lebih semangat.

Dua tahun menjalin kasih dengan putra Icuk Sugiarto, akhirnya kandas tanpa sebab yang jelas. “Ketika Papa saya meninggal, saya sadar sebagai anak bontot harus bisa mencurahkan waktu luang pada Mama.

Selama ini, waktu luang saya gunakan untuk pacar. Saya ingin berteman aja.

Sampai kini kami tetap berhubungan baik dengan kapasitas pertemanan,” kata pemilik postur tinggi 161 cm dan berat 58 kg yang ingin menjadi presenter olahraga ini.