Dipertemukan dalam laga bulu tangkis, hubungan Markis Kido dan Hendra Setiawan, patut menjadi contoh bagi mereka yang ingin hubungan kerja samanya langgeng. Tetap kompak bekerja sama dan saling mengetahui dan menjaga ruang yang tidak boleh dimasuki satu sama lain.
Akrab tidak harus berarti milikku-milikmu. Ruang privasi itulah yang sangat dihargai oleh ganda putra timnas Indonesia Markis Kido dan Hendra Setiawan.
Sejak usia 13 tahun menjadi duet pasangan ganda timnas bulutangkis, Markis Kido dan Hendra Setiawan tentu membutuhkan kiat khusus meramu hubungan di dalam dan di luar lapangan.
Di dalam lapangan Kido-Hendra terlihat sangat kompak, padu dan penuh koordinasi. Tanpa diperintah, Kido berada di depan net jika Hendra di belakang, demikian juga sebaliknya. Kekompakan itulah yang membuat keduanya mampu menorehkan rentetan prestasi hingga dinobatkan sebagai ganda putra peringkat pertama dunia BWF.
Mereka adalah pasangan andalan Indonesia setelah pensiunnya pasangan Chandra Wijaya/Sigit Budiarto, dan meredupnya pasangan Luluk Hadianto/Alvent Yulianto Chandra.
Ternyata kedekatan pasangan peraih medali emas pertama di Olimpiade Beijing 2008 lalu itu tidak berlaku jika keduanya sudah meletakkan raket.
Di luar lapangan hubungan mereka layaknya orang lain, tanpa curhat dan tidak pernah menyinggung tentang kehidupan pribadinya. Tidak ada rahasia di antara ganda putra juara di Malaysia Super Series itu karena mereka memang tidak pernah menceritakan urusan pribadi. Ternyata itulah yang justru membuat pasangan yang berasal klub bulutangkis Jaya Raya Jakarta itu pintar membawa diri.
”Yang penting kami memahami style dari masing-masing. Komunikasi kami hanya mengenai bulutangkis, selain itu kami menjaga jarak,” kata Kido.
Pria kelahiran Jakarta, 11 Agustus 1984 itu menjelaskan, tujuan menjaga jarak dengan Hendra, agar bisa saling berpikiran positif dan profesional.
Menurut pria lajang ini, hal terpenting adalah menjaga privasi karena dengan demikian akan terjadi penyesuaian sekaligus pengertian dari kedua belah pihak. ”Kami telah menentukan apa yang telah menjadi wilayah pribadi masing-masing, dan kami sudah paham itu,” jelas kakak kandung dari Bona Septano dan Pia Zebadiah Bernadet yang juga penghuni pelatnas bulutangkis Cipayung itu.
Demikian juga dengan Hendra, pebulutangkis kelahiran Pemalang, Jawa Tengah, 24 Agustus 1984 itu, mengatakan hubungannya hanya sebatas partner. Yang terpenting adalah saling bertanggung jawab dan empati.
”Yang namanya terlalu, itu tidak baik. Apabila terlalu dekat, jika ada masalah antara kami nantinya, akan sulit diselesaikan,” kata Hendra.
Baik Kido maupun Hendra, tidak menyebut hubungan mereka sebagai sahabat, tidak pula menganggap hubungan mereka saudara, pasangan yang di partai final Olimpiade menaklukkan pasangan RRC Cai Yun/Fu Haifeng melalui pertarungan sengit 3 set itu, lebih senang jika hubungan mereka disebut partner.
Bagi mereka, partner tidak harus akrab dan tidak perlu harus saling berhubungan setiap saat. Ada masanya kapan harus bertemu dan saling berkomunikasi. Partner adalah suatu hal yang sangat penting dan krusial sehingga dalam pemilihannya harus secara cermat dan hati-hati.
”Seorang partner yang ideal haruslah memiliki konsep dan cara pandang yang sama, kami hanya sama dalam bulutangkis, sejauhnya kebanyakan tidak,” jelas Hendra.
Dalam berhubungan tentu ada perasaan kecewa dan marah, demikian halnya dengan pasangan yang tahun lalu masih menduduki peringkat ketiga dunia BWF itu. Saat latihan pun mereka juga sering terlibat perdebatan.
”Setiap insan memiliki cara pandang yang berbeda. Apalagi usia kami hanya beda beberapa hari. Tapi, bagaimana cara kita memandang perdebatan itu secara positif,” tambah pria dikenal pendiam itu.
”Kecewa itu pasti, saya pernah kecewa pada Hendra ketika bermain tidak maksimal di All England, tetapi kekecewaan itu hanya berada di lapangan. Setelah itu ya sudah mau bagaimana lagi,” kata Kido.
Selain itu, konsep berpikir Kido-Hendra dalam menjaga hubungan mereka adalah dengan memiliki misi dan tujuan yang sejalan. Karena menurut mereka dengan demikian, kondisi saling mengisi dan mendukung dalam kedinamisan, meskipun tetap tidak lepas dari risiko. Menurut mereka, jika tidak ada misi, maka yang timbul adalah kendala, konflik dan kegagalan yang tidak dapat terhindarkan.
Itulah yang menyebabkan keduanya tidak mau berpindah pasangan. Selain merasa cocok di lapangan, juga cocok di luar lapangan.
Nama: Markis Kido
TTL: Jakarta, 11 Agustus 1984
Tinggi: 165 cm
Berat: 62 kg
Pegangan tangan: kanan
Nama: Hendra Setiawan
TTL: Pemalang, 25 Agustus 1984
Tinggi: 181 cm
Berat: 72 kg
Pegangan tangan: kanan
1 komentar:
Hendra u'r the best player....Don't never give up..
Tolong harumkan Bangsa ini dengan prestasimu.
Kami bangga punya pemain seperti kalian.
kenapa yah badminton si era sekarang malah lesu..
bangkitkan kembali semangat dulu yang pernah ada..
SEMANGAT.........
Posting Komentar